Kamis, 27 Januari 2022

thinking mind at 12:33 #260122 konsep tabur tuai

Banyak orang bilang apa yg kamu tabur adalah apa yg kamu tuai.. tapi opiniku berbeda.. saat kamu menabur atau menanam jagung, belum tentu kamu menuai jagung dikemudian hari,, bisa saja jagung yg kamu tanam tidak tumbuh apalagi berbuah..
Aku merubah perilakuku tentang konsep tabur tuai ini menjadi bagaimana jika aku menabur/menanam karena aku suka kegiatan menanam,, aku menikmati proses menanam jagung itu,, aku sudah bahagia karenanya tak perlu pohon jagung berbuah dulu baru bahagia.. dengan begitu aku lebih iklas melakukan kegiatan itu.. dan aku yakin keiklasan ini cukup berdampak.. aku dapat melakukan proses menanam yg lebih maksimal karena aku suka dan iklas melakukannya.. ada banyak faktor external diluar kendaliku yg dapat terjadi.. kalau sudah melakukannya dengan maksimal dan kemudian jagungnya tidak tumbuh ya gak masalah gak ad yg perlu disesali.. toh aku sudah mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan karena sudah menanam dengan maksimal, kalaupun ada hal yg perlu di lakukan selanjutnya adalah evaluasi jangan2 belum benar2 maksimal, kalo suka melakukan itu kenapa tidak coba menanam lagi dengan lebih maksimal lagi untuk kepuasan yg lebih lagi.. hingga akirnya bisa menuai memanen buah jagung itu, 
Begitu juga saat kita Berbuat baik sama orang belum tentu orang tersebut akan baik sama kita bisa jadi dia malah berbuat jahat dan memanfaatkan kita karena kebaikan kita, begitu juga sebaliknya saat kita jahat sama orang belum tentu orang itu membalas dengan kejahatan juga, bisa saja dia malah baik sama kita.. artinya reaksi orang terhadap apa yg kita lakukan, secara alami itu diluar kendali kita kecuali apa yg kita lakukan itu adalah intimidasi..
Setelah aku menulis ini aku membaca buku filosofi teras dan ada kalimat yg menurutku mirip dengan apa yg ku tulis diatas bahkan lebih rapi dan runtut membahas tentang pengembangan dikotomi kendali menjadi trikotomin kendali.. dengan menambahkan kategori sebagian berada dibawah kendali kita.. kalimatnya adalah : Bisnis masuk ke dalam kategori “sebagian berada di bawah kendali kita". Maka, kita bisa memisahkan antara internal goal dan outcome atau hasil. Internal goal, misalnya, adalah tekad dan upaya kita memberikan produk/jasa yang terbaik, melakukan promosi yang terbaik, menetapkan harga yang kompetitif, menyediakan layanan konsumen yang andal, dan lain-lain. Jika kita telah mengerahkan upaya yang sebaik-baiknya di hal-hal yang bisa kita kendalikan, maka itu sudah cukup.
Kita bisa merasakan kepuasan, bahkan kebahagiaan, karena sudah mencapai tujuan internal yang kita tetapkan sebelumnya. 
Selanjutnya, apakah bisnis akan sukses atau tidak akan tergantung pada banyak faktor luar, seperti persaingan dan aturan pemerintah. 
Oleh karena itu, kita harus bisa menerimanya apa pun hasilnya. Baik bisnis kita sukses atau gagal, kita masih bisa belajar darinya untuk memperbaiki hal- hal yang bisa dikendalikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar